Demikian kurang lebih informasi dari kokpit memberitahukan bahwa sebentar lagi pesawat kami akan mendarat di bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Setelah terparkir rapi, para penumpang yang sebagian besar merupakan jamaah umroh Indonesia ini kemudian turun dari pesawat, sebagian berfoto, sebagian bergegas menuju imigrasi.Jeddah memang tidak masuk tanah haram, meski begitu antrean imigrasi tetap mengusung konsep gender. Jadi perhatikan mana antrean untuk perempuan dan antrean untuk laki-laki. Kemarin saat mengantre petugas imigrasinya seperti mengingatkan demikian dengan bahasa arab, tentu saja saya tidak paham. Namun yang sudah biasa bolak-balik ke Tanah Suci sudah mengerti apa maksudnya.
Saat kami tiba di imigrasi, antrean tersebut banyak diisi oleh jamaah yang baru saja mendarat dari pesawat yang kami tumpangi, yang tentunya kebanyakan orang Indonesia. Entah gemas atau bagaimana, petugasnya berceloteh sendiri dengan lantang, dan ooh ternyata dia geregetan. Kita memang diharuskan mengantre sesuai gender tapi kan bisa ambil antrean yang paling sedikit, begitu yang saya tangkap, saat si petugas berkata “bla bla bla … take the shorter line” sambil tetawa kecil dan memandang para jamaah. Qiqiqi … Maap ya Haji, karena kita tak boleh ada jarak #nantikangen.
Saat kami tiba di parkiran ternyata busnya tidak ada. Kata sang Muthowwif bus di sana tidak boleh ngetem alias menunggu penumpang, justru penumpang yang harus menunggu, karena khawatir disangka bus gelap. Jadi setelah jamaah ready, siap naik, bus baru datang. Tak lama kemudian, bus tiba. Tak disangka dan dinyana, bus kami begitu besar, untuk 8 orang kami disediakan bus 50 seat. Wow! Kami masih takjub mengamati, perlahan namun pasti masuk ke dalam bus besar ini. Daaan baru saja duduk, muthawwif kami langsung memberikan sarapan nasi kotak. Whaaa sejak touchdown di Arab, saya justru merasa kenyang terus karena sebentar-sebentar dibagikan makanan, meski sekadar roti croissant coklat.
![]() |
Bus merah yang siap mengantar kami selama perjalanan ibadah |
![]() |
Menu sarapan ala Indonesia. |
Awalnya sih menurut sang muthowwif harusnya pakai mercedez benz sayangnya semua sedang keluar, jadilah kami pakai Bus besar ini. Koplak-koplak dong? Ya nggak lah, emang baju, kebesaran! Namanya kendaraan diisi satu atau penuh juga sebetulnya sama saja. Justru kita yang enak, karena leluasa diisi oleh keluarga sendiri dan yang paling menyenangkan adalah toiletnya jadi kami-kami doang yang menggunakannya.
![]() |
Busnya nyaman, bisa reclining seat, ada colokan usb, tatakan makan, dan legaaaa |
Bus yang luas ini agaknya membuat si anak happy, karena ia bisa memilih duduk di mana pun, berjalan ke mana pun, dan mengajak bermain siapa pun. Saat ia sibuk sendiri dengan aktivitasnya, saya coba membuka sedikit jendela dan memandang langit yang mulai menguning. Fajar pun menyingsing.
![]() |
Dalam heningnya pagi, Jeddah-Madinah |
Beberapa jamaah bisa kita kenali dari pakaian maupun karakteristik pembawaannya. Jamaah Indonesia khas dengan mukena maupun pakaian putihnya, sedangkan jamaah Timur Tengah dengan gamis hitam dan niqobnya.Ada lagi jamaah Turki yang khas dengan blazer panjang berwarna krem atau hitam, serta syal bergambar bendera Turki. Ada juga jamaah Pakistan dan sekitarnya dengan pakaian atasan-bawahan mirip India serta kerundung persegi panjang yang diselempangkan.
![]() |
Pas motret pas lewat dan ini adalah jamaah Turki. |
Bus kami terus menyusuri jalan berliku di antara bangunan-bangunan tinggi tipe penginapan masa kini. Kadang tampak payung Masjid Nabawi di antara bangunan tersebut. Alhamdulillah, tiba juga kami di depan Movenpick Anwar, hotel tempat kami menginap selama di Madinah.
![]() |
Sangat dekat dengan Masjid Nabawi |
Satu persatu, kami turun dari Bus bertuliskan rawahelalmashaer di badannya ini. Sejenak menghirup aroma kota Nabawi, merasakan denyut kehidupan serta atmosfer kedamaian yang ada di Madinah. Kesejukan udara serta semilir angin yang menyapu pipi tak bisa dilupakan. Dan bagaimana mungkin bisa, berada di sini tanpa mengambil gambar?
25 Comments. Leave new
Waaaaw g sabar mak nunggu part selanjutnyaa….
Mupeng bngett Ya Allah
Love it, smg saya bisa mengikuti jejak panjenengan, bisa umroh juga. AMin
Aaaaaah kangeeeeen … Ya Allah, semoga bisa datang lagi bareng keluarga. Aamiin.
Aku kemarin dari Mekkah dulu, baru ke Madinah. Tapi ikut agent. Next, pingin backpacker juga aaah bareng keluarga. Bismillah
Selalu ingin dan ingin kembali umroh ke Madinah & Mekkah…
MasyaAllah kalau udah diundang Allah mah gimana aja caranya yah bun. Barakallah. Penasaran sama biaya selama perjalanan umrah backpacker ini. Aku tunggu cerita selanjutnya
MasyaAllah, Mbak … Aku jadi rindu kesana lagi. Teringat perjalanan dari Jeddah ke Madinah lalu mampir ke rest area dan aku berjalan terhuyung-huyung karena angin kencang dan udara dingin banget. Huhuhu … Pengen kesana lagi.
Waduh,drama toilet ternyata ada di mana-mana ya…hihihi, heran deh sama orang yang gak mau ngantri.
Bis rombongannya besar dan nyaman ya…apalagi hanya diisi 8 orang bebas deh.
Ikut hepi ya mba, bisa menjejakkan kaki di tanah suci 🙂
Ditunggu cerita jalan-jalannya yang lain
Masha Allah, makasih udah berbagi pengalaman, sehingga kami-kami bisa merasakan kota impian tersebut meski hanya lewat tulisan dan gambar.
Semoga bisa diberi kesempatan untuk bisa ikut bertamu di kota nabi tersebut 🙂
Bu dok, mashaAllah perjalanannya sarat hikmah. Mulai menempub 5-6 jam ke Madinah dari Jeddah, drama antri toilet yang pasti gak mudah sesabar itu, sementara kebutuhan toilet gak bs ditunda. Sampe tetep jaga si kecil agar tetep nyaman selama perjalanan. Semoga suatu saat, aku bisa menuju tanah Nabi Muhammad, esok, entah, bismillah. Selamat khusuk beribadah ya mbak. Aku tunggu cerita selanjutnya 🙂
Masya Allah.. makin pengen saya berangkat umroh. Backpacker anak seru ya mbak. Semoga nanti ada rezeki bisa merasakan trip Jeddah Madinah. Ditunggu cerita selanjutnya mbak
Semoga Allah rindukan kembali untuk bisa ke Baitullah ya mba. Aamin . Kangen sekali aku dengan dua kota suci itu ya Allah. Aamiin
Wah drama tolilet ngeselin yaa… ujian hehe
Mbak kalau umroh backpacker gtu total habis biaya berapa ya?
Lalu bagaimana dengan ibadahnya apakah ada pembimbingnya juga?
Wah bawa anak kecil ya, keren 😀
Wahh, Masya Allah, seru banget mba. Apalagi bawa si kecil pula, bener2 memberikan pengalaman banget buat anak-anak. Aku jadi penasaran banget sama biaya dikeluarkan. Please, share dong mbaa
aaah keren kisah nya Mbak, ada ya ternyata customised tour buat umroh…
Seru ya mbak perjalanannya, asik dengan gaya backpacker gitu. Ibadah sekalian jalan-jalan. Hehe
Seneng ya kalau baca-baca cerita teman yang sedang beribadah ke tanah suci seperti ini, apalagi dengan cara backpaker an, tentu banyak deh cerita yang tidak biasa. Aku selalu berdoa agar kami dimampukan untuk sampai ke rumah Allah.
MasyaAllah senengnya mbak baca cerita dan pengalamannya saat travelling begini. Keinginan yang pengen kugapai salah satunya adalah backpackeran bareng keluarga ke tanah suci…
Masya Allah Mba, semoga saya dan keluarga bisa ke Tanah Suci jg menunaikan ibadah umrah atau haji sekalian..boleh share tipsnya mba umroh backpacker bersama anak kecil??terima kasih
Jadi kangen Mekkah dan Madinah, semoga dikasih rejekinlagi buat ke sana sama keluarga. AMiinn.
Masya Allah mudah mudahan saya juga bisa merasakan perjalanan luar biasa impian umat islam itu aamiin kemrn juga denger cerita kaka ipar yang baru pulang umroh yaAllah makin pengen kesana yah mom,walau biayanya lumayna banget yah 35/org mudah2an saya sekeluarga bisa kesana aamiin
Masyallah ini cita2 kami sekeluarga bisa berangkat umroh bareng…di tunggu cerita selanjutnya
Jadi ingat dulu pas umrah sama orang tua. Jamaah Turki termasuk favorit kami karena dandannya modis banget. Hihi
[…] baca diary umroh backpacker part 1, part 2, part 3, dan part 4nya? Kalau belum, monggo klik linknya aja ya, nggak bersambung sih […]
[…] Nggak terasa, tau-tau sudah mau bertolak ke Tanah Air aja. Perasaan baru kemarin tiba di Jeddah, terus ke Madinah, lanjut Makkah, sekarang udah mau balik lagi aja ke […]