Assalamualaikum, sobat …
Sudah baca diary umroh backpacker part 1, part 2, part 3, dan part 4nya? Kalau belum, monggo klik linknya aja ya, nggak bersambung sih ceritanya, jadi masing-masing part mewakili suatu rangkaian tempat tertentu aja.
Huhu, maapkeun yaa ini dari part-4 ke part-5 lama banget jedanya. Jadi, aku melakukan ibadah umroh ini awal maret kemarin. Padahal waktu itu rasanya banyak banget yang mau ditulis, cuma karena satu dan lain hal jadi kelamaan dan semoga tak mengurangi informasi penting di dalamnya ya.
Aku cuma ingin berbagi aja sih, karena banyak juga temen-temenku yang galau mau umroh. Galaunya apa? Sebetulnya pengen banget umroh ngajak anak cuma kepikiran karena anak masih kecil, terus nanti bagaimana kalau di sana si anak rewel, nggak bisa diem, atau dapat kesempatan umrohnya malam? Nah pas banget, aku pun umroh bersama anak dan waktu itu dapat waktu pelaksanaan umrohnya malam hari. Kira-kira cranky nggak yah, perlu bawa strollerkah, atau siapkan fisik untuk gendong si anak?
Aku yakin meski waktunya sama, tempatnya sama, tapi pengalaman tiap kita bisa jadi berbeda dan ini ceritaku.
Jadi kami berangkat dari Movenpick Madinah sekitar pukul setengah 3 sore. Sedikit molor dari rencana awal setelah zuhur. Huhuu .. antara senang dan sedih sih. Senangnya karena kita akan ke Makkah, sedihnya karena ya …. Gimana ya soal rasa mah jangan ditanya. Ada sedih, haru, dan akan kangen banget pastinya sama Madinah dan Masjid Nabawi khususnya. Heuheuu …
Waktu itu kami menunggu di lobby hotel lumayan lama sih sampe si anak juga udah mulai bingung mau main apa. Yang ada malah makanin meises ceres daaan berantakan, kesel nggak aku kira-kira? Haha jangan ditanya (apa jangan dijawab). Dan ini aku baru tahu, katanya kalau di Tanah Suci itu pahalanya memang berkali lipat tapi begitu pun dengan dosa atau kesalahan yang kita lakukan di sana pun menjadi lebih besar nilainya. Hiks … Itulah kenapa kita kalau di Tanah Suci supaya jaga hati dan tahan emosi ya …
Setelah penantian yang cukup lama akhirnya Pak Ustadz beserta istrinya datang juga. Saat itu kami semua sudah berpakaian ihram. Tanpa berlama-lama kami semua langsung masuk ke dalam bus.
Seperti biasa tidak lama setelah busnya jalan, pak Ustadz langsung membagikan air mineral. Beliau menyampaikan bahwa nanti kita akan ambil miqot di Bir Ali sambil solat mutlak kalau tidak salah ingat. Maapkeun ya begini kalau terlalu lama jeda nulisnya. Soalnya seingat aku, kami sudah jamak qashar waktu zuhur dan tidak ada solat ihram, maksudnya Nabi tidak mencontohkan hal ini jadi pesan pak Ustad ya kita nggak usah melakukannya.
Tibalah kami di Masjid Bir Ali, di sinilah kami ambil miqot. Mengenai masjid Bir Ali, aku suka arsirekturnya bagus deh, warnanya dominan putih gading, dan banyak pohon kurma di tengahnya. Waktu itu saya dan anak sama-sama ingin buang air kecil. Ternyata agak susah mencari toiletnya, karena kebanyakan sih tempat untuk wudhu dan kamar mandi. Selepas berwudhu kami solat kemudian bergegas berangkat menuju Makkah.

Indahnya arsitektur Masjid Bir Ali

Interior masjid Bir Ali

Lorong ini mirip arsitektur yang di dalam ya

BIsmillah … Bersiap umroh.
Mengenai pakaian ihrom untuk wanita, kebanyakan jamaah Indonesia memakai warna putih. Namun saat manasik umroh dijelaskan bahwa sebaiknya wanita memakai pakaian warna hitam saja, mengapa? Karena warna putih pada baju wanita itu rawan menerawang.
Di dalam bus kami melafalkan niat umroh artinya berlakulah semua hukum dalam keadaan ihram. Bismillah …
Masih sekitar 5 jam lagi perjalanan kami di dalam bus. Jadi saya manfaatkan waktu sore ini untuk membuat si anak tertidur. Alhamdulillah, nggak pakai lama setelah bercanda sebentar akhirnya ia pulas juga. Enaknya bus privat ya seperti ini, jadi anakku bisa leluasa tidur lurus di bangku belakang. Sementara kami sepanjang perjalanan mengisi waktu dengan berdzikir membaca kalimat talbiyah dan beristirahat (tidur), mengingat akan melaksanakan ibadah umroh di malam hari.

Semburat senja di langit Madinah.
Perjalanan Madinah-Makkah sangat lancar. Sekitar 5 jam kemudian atau sekitar pukul 10.00 malam kami tiba di Makkah. Ini kali pertama aku melihat kehidupan kota Makkah di malam hari, sangat ramai ternyata bahkan sedikit macet.
Penginapan kami, Elaf Kinda tidak jauh dari Masjidil Haram, hanya sekitar 200 meter. Malam itu udara sangat dingin, aku membangunkan anakku dan dalam kondisi mengantuk aku mengajaknya ke restoran hotel karena kami belum makan malam.
Dalam kondisi ihram, kami harus menjaga sikap dan hal-hal yang tak boleh dilakukan. Ini tantangannya, tidak boleh memakai wewangian, tidak boleh memotong kuku, jaga adab berbicara, dan lainnya. Alhamdulillah selepas makan malam, sekitar pukul sebelas kami berkumpul di lobby untuk memulai ritual ibadah umroh.
Dipandu Pak Ustadz kami berjalan menuju Masjidil Haram di tengah dinginnya sapuan udara malam.
Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran. Ka’bah sendiri berada di dalam Masjidil Haram.
Nyess …. Dingiiiin… Pertama memijakkan kaki di lantai masjid yang penuh keberkahan ini.
Dari Jabir radhiyallahu`anhu, bahwasannya Rasulullah shalallahu`alaihi wa sallam bersabda:
“Shalat di Masjidku lebih utama 1000 kali shalat dibandingkan shalat di masjid yang lain, kecuali Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali lipat dibandingkan shalat di masjid yang lain”. (Ibnu Majah 1406, dan dishahihkan oleh Al-Albani). (quoted from belajarislam.com)

Bukan saat umroh sih, karena saat tawaf nggak sempat ambil foto. Tapi kurleb seperti ini situasinya.
Kami membuka alas kaki saat di pelataran masjid dan memasukkannya ke dalam plastik. Berjalan memasuki pintu masjid gate apa ya (ah saya lupa namanya), lalu lurus mengikuti alur kemudian sampai di ujung berbelok ke kiri dan berbelok ke kanan lalu menuruni anak tangga, masya Allah, kemudian … Tampaklah di depan mata bangunan gagah berbentuk kubus yang dilapisi kain hitam berhiaskan kaligrafi berwarna kuning keemasan, itulah Ka’bah. Air mata pun mulai membendung di pelupuk, sambil menggandeng sang anak menceritakan inilah Ka’bah, tak kuasa terjatuh juga air mata ini. Ya Allah, sangat sangat bersyukur diizinkan kembali mengunjungi Baitullah …

Meski sebagian sisi tertutup karena sedang pembangunan, tapi sangat jelas papan penunjuk awal mula tawaf. Jadi tawaf di atas pun gak bingung.
Untuk memulai tawaf kami mencari lampu hijau sebagai awal permulaan ibadah. Meski sudah malam, namun masih ramai para jamaah yang melakukan tawaf. Sesekali terdesak dan kami ke pinggir. Menikmati setiap putaran dengan berjalan santai. Tak lepas tanganku dari genggaman suami, jamaah lain pun tak kalah semangatnya untuk tawaf. Sementara anakku sesekali ikut berjalan, ketika lelah ia pun bilang dan ayahnya menggendongnya ketika sampai di Rukun Yamani hingga lurusan pintu ka’bah. Ya, pintu Ka’bah memang sisi yang sangat ramai sama seperti Hajar Aswad. Alhamdulillah 7 putaran selesai juga. Sesudahnya kami solat dan kemudian minum air zam zam.
Selama tawaf kondisi kita harus suci artinya harus punya wudhu. Bila batal di tengah tawaf, maka berwudhulah, kemudian lanjutkan kembali tawafnya.

Selepas Tawaf dan Bersiap Sa’i. Anak kecil lagi dipijitin. Mata segerrr padahal udah tengah malam.
Sa’i
Ibadah umroh dan haji memang ibadah fisik. Makanya selagi muda selagi mampu, niatkanlah berhaji/umroh. Yakin, akan rindu dan ingin selalu kembali ke sini.
Setelah tawaf, kami menuju tempat sai. Aku sendiri lupa melalui jalur mana, yang jelas kami ke atas dahulu untuk mencari toilet. Toiletnya agak jauh, meski tulisannya berada di atas namun ternyata lokasinya di bawah menuruni beberapa anak tangga.
Sa’i adalah berjalan dan berlari-lari kecil sebanyak 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa. Dari bukit Shafa ke Marwa dihitung satu kali, dari Bukit Marwa ke Shafa dihitung dua kali, terus begitu hingga sebanyak 7 kali dan berakhirnya di bukit Marwa. Sa’i ini tak harus memiliki wudhu, jadi kalau wudhunya batal tidak masalah, ingin berwudhu lagi pun lebih baik.
Ibu mertuaku karena memiliki masalah tulang belakang jadi menggunakan kursi roda yang kami sewa di tempat sa’i. Harganya sekitar 100 Real lebih beserta jasa dorongnya. Anakku pun biar nggak capek aku minta ikut eyangnya di kursi roda. Anakku sih nggak mau, pengennya ikut kami berjalan, cuma khawatir dia kecapean terus minta gendong kan jadi PR banget.
Daaaan … selepas kami menuntaskan sa’i, si anak tetep minta dong diajakin jalan sa’i lagi sama mamaknya, sementara kaki mamak udah pegel bangettttt… Heuheuu…
Baiquelah, atas bujukan si ayah dengan iming-iming kaki mamak mau dipijetin, mamak pun nemenin anak sa’i setengah perjalanan Bukit Shafa-Marwa. Fyuuuh …
Tahalul
Selepas sa’i kami berdoa menghadap Ka’bah lalu minum air zam-zam untuk menyegarkan tubuh. Waktu itu sekitar pukul 02.30 pagi. Anak kami senang banget karena ia merasakan begadang. Entahlah tak ada rasa kantuk buatku juga.
Selangkah lagi selepas Sa’i kami harus tahalul agar sah sudah ibadah umroh kami. Tahalul ini secara harfiah artinya adalah dihalalkan. Maka setelah tahalul bebaslah kita dari larangan-larangan ihram. Tahalul disimbolkan dengan mencukur tiga helai rambut. Mengenai tahalul ini pak Ustadz berpesan, bagaimanapun bagi wanita, rambut adalah aurat. Maka usahakan bertahalullah dengan muhrim dan di tempat yang tidak terlihat non-muhrim. Kalau yang sudah pernah merasakan, pasti tahu di Bukit Marwa, tempat akhir Sa’i banyak yang minta diguntingkan rambutnya, nah ini yang perlu jadi perhatian untuk jaga aurat.
Tadinya kami ingin sekalian menunggu sampai subuh di masjid, cuma kasihan dengan orangtua apalagi kami juga dalam kondisi ihrom. Jadilah balik ke hotel untuk bertahalul dan istirahat sejenak menanti subuh. Sementara yang laki-laki ke tukang cukur dulu untuk tahalul. Mengenai tahalul ini Pak Ustadz berpesan kepada yang laki-laki agar digundul saja. Lalu, kalau gundul tak bisa umroh lagi dong?
Ada memang beberapa jamaah yang mumpung di Tanah Suci lalu mereka melakukan umroh 2 hingga 3 kali. Sementara Nabi tidak mencontohkan seperti itu. Semasa hidupnya Nabi melakukan 4 kali umroh dan satu saat haji. Tiga umroh lainnya pun dilakukan tidak dalam satu waktu menyengajakan bolak-balik seperti itu. Jadi pak Ustadz sih menganjurkan untuk beribadah sesuai tuntunan Nabi.
Demikian juga dengan menggundul kepala saat tahalul. Mengenai ini Nabi mendoakan 3 kali yang menggundulkan rambutnya, sementara yang memendekkan juga didoakan, sekali.
“Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau cuma sekedar memendekkan?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat balik bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar memendekkan?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar memendekkan?” Baru beliau menjawab, “Dan juga bagi yang memendekkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Suasana Masjidil Haram dini hari.
Tips umroh bersama anak kecil:
Nah, demikianlah rangkaian ibadah umroh kami. Alhamdulillah, Allah berikan banyak sekali kemudahan pada kami dan putri kami meski prosesi ibadahnya dilaksanakan pada malam hari. Berikut tips versi aku agar umroh nyaman bersama anak kecil.
1. Berdoa
Inilah kunci kemudahan. Berdoalah memohon ampunan atas segala dosa yang pernah kita lakukan dan mintalah kemudahan dan ketenangan hati anak. Lebih bagus lagi solat taubat sejak sebelum berangkat.
2. Briefing
Sebagaimana kita yang juga perlu mengetahui medannya dahulu, anak-anak pun begitu. Meski misalnya belum pernah tapi kita bisa baca-baca baik melalui buku, blog, nonton vlog dan sebagainya bagaimana pelaksanaan umroh itu. Kalau aku jelaskan pada si anak bahwa nanti kita akan naik pesawat selama 9 jam, selama di pesawat Alin tidur saja, nanti pas bangun sudah sampai. Lalu di sana udaranya dingin kalau malam. Kemudian kita akan sering ke masjid, terus ada begadangnya juga selama 1 malam untuk beribadah. Kita akan banyak berjalan, dan sebagainya. Jelaskan secara detail supaya anak tidak kaget. Untuk menambah motivasinya, kita bisa sambil jelaskan, bahwa Allah sangat sayang dengan orang yang menjaga solatnya. Kalau Allah sudah sayang, semua yang kita mau akan dikasih.
3. Istirahat yang cukup
Bila kita sudah tahu mendapat jadwal malam, maka kondisikan anak agar bisa tidur di waktu siang atau sore harinya dan baiknya kita juga beristirahat. Istirahat yang cukup akan membuat anak merasa segar saat malam. Kita juga bisa iming-imingi anak, kalau mau lihat bintang-bintang berpendar maka siang perlu istirahat.
4. Sediakan camilan
Kadang yang membuat anak cranky itu salah satunya lapar. Maka sediakan camilan padat nutrisi yang mudah disajikan, sesekali sediakan coklat atau permen kesukaanya juga boleh biar semangat.
5. Sering berikan perhatian
Dalam perjalanan, anak mudah sekali bosan. Maka bawakan sedikit maianan kesukaannya dan juga ciptakan banyak kreasi permainan supaya anak happy. Misalnya bermain tebak lagu, tebak benda, ABC 5 dasar, suit jepang. Aku pun kadang kalau capek yah akhirnya buka handphone sih, hihi … Tapi kita menonton bersama. Heuheuu… Maapkeun …
6. Perlukah stroller?
Ini beda-beda sih. Kalau aku karena si anak suka jalan jadi kami memutuskan tidak membawa, selain karena alasan ribet aja gitu. Pada saat city tour juga sepertinya tidak berjalan lama. Tapi, kalau mau bawa terserah saja sih.
Demikian ya tips serta cerita perjalanan umrah kami. Semoga kami dan juga kalian yang membaca tulisan ini pun Allah mudahkan untuk segera berhaji dan berumrah. Aamiin…
Wallahu a’lam bishowab.
16 Comments. Leave new
Mashaallah mampukan aku ya Allah membawa anak-anak dan keluarga bersama di sana nanti
MasyaAllah, senangnya bisa bersama seluruh keluarga Umroh, apalagi putrinya masih kecil. Pengalaman indah untuk si Kecil, dan semoga jadi bekal untuk shalehah sepanjang hayat.
Amiiin…
Btw…langit senja itu indah banget ya di sana. Terkenang-kenang selalu…
Aku kemarin juga dapet malem, mbak. Selesai umroh sekitar jam setengah dua dini hari. Pulang gempor dan laper hahaha.
Pengalaman paling seru ya waktu umroh dan di Raudhah.
Bismillah semoga dimudahkan dan dimurahkan untuk berangkat lagi bareng keluarga. Aamiin
Masya Allah..aku ngikuti nih part umroh backpackerannya
memang lebih seru ya, apalagi ngajak si solehah juga.
Dan, gapapa ceritanya telat daripada ga cerita…sama aku perginya Maret juga baru mood nulis cerita travelingnya sekarang kwkwkw
Masya Allah…semoga aku juga berkesempatan pergi ke tanah Haram. kalau aku pengen perdana umroh itu gak bawa dulu anak sih tapi punya mimpi juga (selanjutnya) untuk bisa berangkat barengan anak-anak. Hehe
MashaAllah, membaca ini membuatku penuh haru. Mampukan hamba dan keluarga hamba Ya Allah. Aamiin.
Setiap muslim pasti pengin ke sana, tapi memang Haji/Umroh itu panggilan. Kalau belum terpanggil sepertinya ada saja halangannya. InsyaAllah aku penginnya juga barengan sama anak kayak gini. Semoga Allah segera kabulkan, Amiin.
Masyaallah, pengalaman yang berkesan banget ya mbak. mengajak anak merasakan pengalaman yang luar biasa. aku masih bermimpi kesana bersama keluaga mau umroh atau haji sekalipun. mau yang mana dulu terserah, pokoknya bisa kesana minimal sekali seumur hidup
Karena sebelum ini saya absen BW, jadi baru tahu deh kisah umrahnya Mbak Dwi. Saya perlu banget sebagai referensi, nih. Malah senang kalau dibikin part begini. Lebih detail 🙂 InsyaAllah bakalan saya baca semuanya, ya.
Alangkah bahagianya bisa menjadi tamu Allah bersama anak. Perlu persiapan dan tak-tik seperti di tulisan ini. Nice info 🙂
Semoga umrahnya mabrur, aamiin yaa Rabb
Masya Allah, Alhamdul;illah Allah memudahkan ya mbak. Tipsnya bermanfaat banget nih.. Semoga kami juga bisa ke tanah suci sekeluarga, bersama anak-anak….. Pengen banget…. Semoga Allah ijabah
MasyaAllah… Dewi terharu melihat fota dan membacanya. Semoga Dewi dn keluarga bisa ke sana, terimakasih tipsnya mbak Dwi. Jasi semangt makin besar untuk ke sana bareng anak-anak😍🙏
Meskipun beribadah umroh pada malam hari, gak kerasa ngantuk ya, Mbak
Menurut orang tua dan adik yang sudah pernah ke sana, memang seperti itu kondisinya. Gak ngerasain ngantuk, padahal kurang tidur karena ingin selalu beribadah, mumpung ada di sana ya…
Mudah-mudahan saya juga bisa ibadah ke sana, Mbak. Aamiin Ya Rabbal’alamiin
Maa sya Allah mba dwi.. Baper abis baca ini.. Sangat menginspirasi terutama buat saya yg mimpi pengen ngajak anak umroh bareng. Makasih atas sharingnya
Masya Allah mb bisa umroh bareng-bareng keluarga. Si kecil juga ikut pisan. Wah doakn kami juga bisa nyusul ya mba…
Masyaallah mbak, aku ingin sekali segera bisa umroh sekeluarga. Semoga bisa segera menyusul mba Dwi ya, dan ternyata membawa anak turut serta tidak seribet yang dibayangkan ya, asal pastinya terus berdoa ya mbak.
Ternyata meskipun bawa anak kecil, jika disiasati dengan perencanaan matang insyaallah lancar-lancar aja ya, Mbak.